Beranda | Artikel
4 Bantahan Terhadap Anggapan Perintah Berhijab Hanya untuk Istri Nabi - Syaikh Shalih Alushoimi
Rabu, 1 Desember 2021

4 Bantahan Terhadap Anggapan Perintah Berhijab Hanya untuk Istri Nabi – Syaikh Shalih Alushoimi

Allah -subhanah- memerintahkan dalam al-Qur’an al-Karim para wanita untuk menutup aurat dan menetap di rumah dan melarang wanita mengumbar aurat serta mendayu-dayu saat berbicara dengan lelaki.

Dengan tujuan menghindarkan wanita dari kerusakan, dan tidak menjadi sebab fitnah.

Allah Ta’ala berfirman: “Hai isteri-isteri Nabi, kalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa; maka jangan kalian tunduk dalam berbicara sehingga mengundang nafsu orang yang hatinya berpenyakit.

Dan ucapkanlah perkataan yang baik, dan hendaklah kalian tetap di rumah-rumah kalian, dan janganlah kalian mengumbar aurat seperti orang Jahiliyah dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. (QS. Al-Ahzab: 32-33)

Penulis -rahimahullahu Ta’ala- memulainya dengan menyebutkan dalil haramnya mengumbar aurat dan besarnya bahayanya.

Beliau menyebutkan firman Allah ‘Azza wa Jalla:
“Hai isteri-isteri Nabi, kalian tidaklah seperti wanita yang lain…”
Ayat dari surat al-Ahzab. Banyak orang yang menganggap bahwa ayat ini hanya khusus ditujukan bagi para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga tidak dapat diterapkan sebagai hukum yang umum bagi seluruh istri kaum mukmin. Dan anggapan ini terbantahkan, melalui empat bantahan.

BANTAHAN PERTAMA:
Kandungan dari keseluruhan ayat ini…
Dalam ayat ini Allah Ta’ala memerintahkan, “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.”
Perintah-perintah ini merupakan hukum-hukum yang umum tidak hanya berlaku bagi para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka ini menunjukkan bahwa perintah dalam ayat ini dan juga larangannya, berlaku bagi seluruh kaum wanita.
Adapun para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan secara khusus, sebagai bentuk pemuliaan bagi mereka, sebab mereka wanita yang paling utama untuk mendapat hal-hal yang sempurna itu.

Ini sama seperti perintah Allah -‘Azza wa Jalla- kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- melalui firman-Nya: “Wahai Nabi, bertakwalah kepada Allah.” Atau firman-Nya, “Bersabarlah seperti kesabaran para rasul ulul azmi,” yang disebutkan dalam ayat lain.

Penyebutan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- pada perintah itu, untuk memuliakan beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.

BANTAHAN KEDUA:
Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan sebab larangan itu dengan berfirman, “Sehingga timbul nafsu pada orang yang ada penyakit dalam hatinya.”
Dan sebab ini tidak hanya terjadi terhadap para istri Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, Namun sebab ini dapat terjadi pada setiap perbincangan yang terjadi antara lelaki dan wanita.
Dan salah satu kaidah ushul fiqih disebutkan: “Keumuman sebab mengharuskan keumuman hukumnya bagi semua orang.”
Sebagaimana dikhawatirkan timbulnya nafsu dari orang yang ada penyakit dalam hatinya terhadap para istri Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, kekhawatiran ini juga dapat timbul terhadap wanita selain istri beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam-

BANTAHAN KETIGA:
Penyebutan perintah kepada para istri Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, padahal mereka begitu menjaga kehormatan dan kesucian, menunjukkan bahwa wanita selain mereka juga masuk bersama mereka dalam perintah ini. Sebab wanita lain tidak setara dengan para istri Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam tingkat kesucian dan kehormatan, serta keselamatan dari sebab kesesatan dan perbuatan hina.

BANTAHAN KEEMPAT:
Bahwa perintah dan larangan ini jika diturunkan pada abad pertama, di zaman para sahabat Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, padahal ketakwaan mereka begitu tinggi dan keadaan mereka begitu sempurna, maka penerapan hukum ini terhadap umat di zaman setelahnya lebih layak dan lebih utama.

Demikian.

================================================================================

وَقَدْ أَمَرَ اللهُ سُبْحَانَهُ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ

بِتَحَجُّبِ النِّسَاءِ وَلُزُوْمِهِنَّ الْبُيُوتَ

وَحَذَّرَ مِنَ التَّبَرُّجِ وَالْخُضُوعِ بِالْقَوْلِ لِلرِّجَالِ

صِيَانَةً لَهُنَّ عَنِ الْفَسَادِ وَتَحْذِيْرًا لَهُنَّ مِنْ أَسْبَابِ الْفِتْنَةِ

وَقَالَ تَعَالَى يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ

لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ

فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ

وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ

وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيّةِ الْأُولَى

وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِيْنَ الزَّكَاةَ

وَأَطِعْنَ اللهَ وَرَسُولَهُ . الْآيَةَ

بَدَأَ الْمُصَنِّفُ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى

فِي ذِكْرِ الْأَدِلَّةِ الدَّالَّةِ عَلَى حُرْمَةِ التَّبَرُّجِ

وَعَظِيْمِ خَطَرِهِ

فَأَوْرَدَ قَوْلَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ

الْآيَةَ مِنْ سُورَةِ الْأَحْزَابِ

وَهَذِهِ الْآيَةُ تَوَهَّمَ مُتَوَهِّمُوْنَ

أَنَّهَا مُخْتَصَّةٌ بِأَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فَلَا تَصْلُحُ أَنْ تَكُونَ حُكْمًا عَامًّا

لِنِسَاءِ الْمُؤْمِنِيْنَ

وَهَذَا الَّذِي تَوَهَّمُوْهُ مَرْدُوْدٌ

مِنْ أَرْبَعَةِ وُجُوهٍ

فَالْوَجْهُ الْأَوَّلُ تَمَامُ الْآيَةِ

إِذْ فِيهِ قَوْلُهُ تَعَالَى

وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِيْنَ الزَّكَاةَ

وَأَطِعْنَ اللهَ وَرَسُولَهُ

فَإِنَّ هَذِهِ الْأَوَامِرَ أَحْكَامٌ عَامَّةٌ

لَا تَخْتَصُّ بِنِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فَدَلَّ هَذَا عَلَى أَنَّ الْمَأْمُورَ بِهِ فِي هَذِهِ الْآيَةِ

وَالْمَنْهِيَّ عَنْهُ شَامِلٌ لِجَمِيْعِ النِّسَاءِ

وَإِنَّمَا خُصَّ نِسَاءُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْخِطَابِ

تَعْظِيْمًا لَهُنَّ

إِذْ هُنَّ أَوْلَى النِّسَاءِ

بِإِحْرَازِ هَؤُلَاءِ الْكَمَالَاتِ

كَأَمْرِهِ عَزَّ وَجَلَّ لِرَسُولِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَوْلِهِ

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللهَ

أَوْ قَوْلِهِ فَاصْبِرْ

كَمَا صَبَرَ أُولُوا الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ فِي آيٍ أُخَرَ

فَإِنَّ مُبَاشَرَتَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْأَمْرِ

لِإِرَادَةِ تَعْظِيْمِهِ صَلَوَاتُ اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَامُهُ

ثَانِيهَا

أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ ذَكَرَ عِلَّةَ ذَلِكَ

بِقَوْلِهِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ

وَهَذِهِ الْعِلَّةُ لَا يَقْتَصِرُ وُجُودُهَا

عَلَى جَنَابِ حُرَمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

بَلْ هِيَ عِلَّةٌ مَوْجُوْدَةٌ

فِي سَائِرِ مَا يَجْرِي مِنَ الْخِطَابِ بَيْنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ

وَمِنْ قَوَاعِدِ الْأُصُولِ

أَنَّ عُمُومَ الْعِلَّةِ

يُوجِبُ تَعْمِيْمَهَا فِي الْأَفْرَادِ

فَكَمَا يُخْشَى مِنْ طَمَعِ

مَنْ فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ فِي حُرَمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

فَإِنَّهُ يُخْشَى مِنْهُ فِي الطَّمَعِ بِحُرَمِ غَيْرِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

وَثَالِثُهَا

أَنَّ تَوْجِيهَ الْخِطَابِ بِمَا ذُكِرَ إِلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

مَعَ عِفَّتِهِنَّ وَطَهَارَتِهِنَّ

دَالٌّ عَلَى أَنَّ غَيْرَهُنَّ مِنَ النِّسَاءِ

مُلْحَقٌ بِهِنَّ

فَإِنَّ النِّسَاءَ لَا يَبْلُغْنَ مَبْلَغَ أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

مِنْ مَرَاتِبِ الطَّهَارَةِ وَالْعَفَافِ

وَالْبُعْدِ عَنْ أَسْبَابِ الْغَوَايَةِ وَالرَّدْءِ

وَرَابِعُهَا

أَنَّ هَذَا الْأَمْرَ وَالنَّهْيَ

إِذَا كَانَ وَاقِعًا فِي زَمَنِ الْقَرْنِ الْأَوَّلِ

مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

مَعَ مَا هُمْ عَلَيْهِ مِنْ تَمَامِ التَّقْوَى

وَكَمَالِ الْأَحْوَالِ

فَجَرَيَانُهُ فِي قُرُونِ الْأُمَّةِ الْأُخْرَى

أَحْرَى وَأَوْلَى

نَعَمْ

 


Artikel asli: https://nasehat.net/4-bantahan-terhadap-anggapan-perintah-berhijab-hanya-untuk-istri-nabi-syaikh-shalih-alushoimi/